Konsep "Aku" yang Kompleks. Judul puisi ini sendiri, "Aku," adalah titik awal yang menarik. Chairil Anwar memulai puisi dengan kata "Aku," yang merupakan kata yang paling sederhana dan mendasar dalam bahasa Indonesia. Namun, dalam konteks puisi ini, "Aku" mengandung makna yang jauh lebih dalam. Puisi: Rumahku. Karya: Chairil Anwar. Biodata Chairil Anwar: Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun). Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45. Puisi "Rumahku" menawarkan refleksi tentang kebingungan pribadi, perjalanan waktu Berikut analisis struktural puisi "Aku" karya Chairil Anwar mulai makna, diksi, kata konkret, majas, imaji, dan lainnya: Puisi. AKU. Kalau sampai waktuku. 'Ku mau tak seorang kan merayu. Tidak juga kau. Tak perlu sedu sedan itu. Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang. Biar peluru menembus kulitku. Aku tetap meradang menerjang. Analisa Makna Puisi Aku karya Chairil Anwar (1943) AKU. Chairil Anwar. Maret 1943. Kalau sampai waktuku [Penulis menyatakan penegasan yaitu jika dia atau pelaku (siapa saja) yang menemui kematian ajal maka.. ] 'Ku mau tak seorang kan merayu ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini. Aku suka pada mereka yang berani hidup. Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam. Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…. Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! (1948) Sumber: Siasat, Th III, No. 96, 1949. This entry was posted in Puisi and tagged Chairil Anwar, Puisi. DzNGcb.

makna puisi aku chairil anwar